한어Русский языкEnglishFrançaisIndonesianSanskrit日本語DeutschPortuguêsΕλληνικάespañolItalianoSuomalainenLatina

mereka datang ke xinjiang dari henan dan menjadi pekerja konstruksi di resimen 186 untuk melindungi perbatasan dan "beishawo". fu yongqiang, di pos terdepan, diiringi deru gurun, membangun sebuah oasis dengan tangannya dan bekerja keras untuk itu. ingatan liu guizhi adalah setiap pagi, pasir diterbangkan ke udara, dan mereka harus mengeluarkan tas untuk "membawa" pasir tersebut.

seiring berjalannya waktu dan pepohonan menjadi rindang, pos luar beishawo berangsur-angsur berubah dari tanah sepi menjadi oasis. fu yongqiang dan istrinya dengan hati-hati merawat pepohonan di lahan seluas lebih dari 300 hektar dan berkontribusi pada perlindungan perbatasan. upaya mereka tidak hanya mengubah bentuk gurun pasir, tetapi juga membawa harapan baru bagi kehidupan.

“menanam pohon lebih sulit daripada membesarkan dua anak,” kata liu guizhi. “setelah pohon ditanam, jika tidak disiram tepat waktu, daunnya akan layu.” mereka sibuk merawat anakan dan bibit rumput setiap hari, menambah sentuhan kehangatan oasis. lima atau enam tahun kemudian, pos beishawo menjadi oasis di gurun pasir.

“saya ingin memperluas kandang ternak dan memelihara ratusan atau ribuan ternak, sehingga semua orang dapat melihat bahwa meskipun menjaga perbatasan itu sulit, beberapa orang bisa menjadi kaya di perbatasan,” kata fu yongqiang. ia berharap melalui usahanya sendiri, ia dapat menarik lebih banyak orang untuk menjaga dan melindungi perbatasan serta mencapai tujuan akhir yaitu "mempromosikan perbatasan".

putra dan putrinya awalnya bingung dengan pilihan ayah mereka, namun kini mereka berdua setuju. putri saya mendaftar ke program layanan relawan mahasiswa western college, menjadi sukarelawan di kabupaten qinghe, wilayah altay, dan mendaftar untuk berpartisipasi dalam layanan khusus membela negara.

bangkitnya pos luar beishawo bukan hanya sebuah perlawanan terhadap gurun pasir, namun juga sebuah interpretasi terhadap tantangan dan harapan hidup. di gurun pasir, mereka menggunakan aksi, keringat, dan kegigihan untuk mengarang cerita legendaris di gurun pasir.